BAINDONESIA.CO – Komunitas Literasi dan Budaya Etam (Kaliya) dibentuk untuk melaksanakan fungsi pendidikan nonformal dan advokasi terhadap para penyandang disabilitas di Kaltim.
Ketua Kaliya, Viola Meilinda Putri menjelaskan, pelaksanaan pendidikan nonformal di komunitas tersebut diwujudkan dalam pembukaan kelas bahasa isyarat.
Pelaksanaan fungsi tersebut, sambung dia, hanya sebagai jembatan dalam pengembangan kualitas para penyandang disabilitas.
“Teman-teman tuli ini sudah punya organisasi. Kaliya sebagai apa? Ibaratnya sebagai jembatan saja,” jelasnya baru-baru ini.
Ia menyebutkan bahwa Kaliya menghimpun para pemuda disabilitas. Umumnya mereka bermukim di Kecamatan Tenggarong.
“Kalau di sahabat tuli itu ada 32 orang secara keseluruhan di Tenggarong. Kalau data 2022 di Dinsos, datanya ada 214 orang,” terangnya.
Sebanyak 9 orang yang mengelola komunitas ini mengisi struktur kepengurusan sebagai ketua, sekretaris, bendahara, ketua koordinator, divisi agama, divisi pendidikan, dan humas.
Viola mengakui tak mendapatkan tantangan berarti dalam mendidik para penyandang disabilitas. Kelas yang dijalankan oleh Kaliya pun berjalan secara berkelanjutan.
“Tapi kendalanya sebelum memulai kelas. Kadang alasannya masih sibuk. Akhirnya enggak bisa ikut kelas. Itu saja. Pada saat kelas berjalan, mereka enjoy, santai, benar-benar menikmati, dan bisa ikutin pelajaran dengan baik. Jadi, enggak ada tantangan berarti,” ungkapnya. (adv/um)