BAINDONESIA.CO – Jika ditelusuri dalam sejarah Indonesia, prinsip non-blok merupakan sikap bangsa ini yang mulai dimunculkan dan disebarluaskan dalam kancah percaturan politik global di era Sukarno.
Jurnalis senior Indonesia, Dede Azwar menjelaskan, prinsip nonblok semula dicetuskan dengan semangat perlawanan. Nonblok bermakna Indonesia tidak terlibat dalam kelompok negara-negara yang melakukan kezaliman dan penganiayaan lewat penjajahan terhadap bangsa-bangsa lain.
“Jadi, ada semangat perlawanan,” ucapnya sebagaimana dikutip dari Maula TV Channel pada Selasa (12/9/2023).
Namun, sambung dia, seiring pragmatisme politik di Indonesia, nonblok dimaknai dengan perkawanan dengan semua negara.
“Sehingga berkawan dengan siapa pun. Kalau dulu melawan siapa yang menganiaya. Sekarang berkawan dengan menganiaya juga,” jelasnya.
Menurut Dede, Amerika Serikat merupakan negara yang melakukan penjajahan terhadap berbagai bangsa di dunia.
Saat ini, dalam berbagai kesempatan, Indonesia justru membangun pertemanan dengan Rezim Amerika Serikat.
“Pergeseran dari perlawanan ke perkawanan ini yang harus kita perhatikan. Apa dasarnya? Pragmatisme politik yang sudah dibangun mungkin di zaman-zaman Rezim Orde Baru,” ujarnya.
Para pemimpin Indonesia, lanjut dia, harus menyadari bahwa “nyawa” negara ini berada di tangan rakyat. Karena itu, transaksi politik global tidak boleh mengorbankan nasib, keamanan, harga diri, kehormatan, dan martabat rakyat Indonesia.
Dede menegaskan, di tengah percaturan politik global, Amerika Serikat memanfaatkan sebuah negara yang memiliki rakyat yang lemah dari berbagai aspek.
“Semakin lemah suatu negara, semakin mudah dikuasai oleh Amerika,” katanya.
Usaha Amerika Serikat melemahkan sebuah negara, kata dia, dilakukan dengan cara memutus hubungan antara pemimpin dan rakyat. Cara ini tercermin dalam kudeta yang diduga kuat didalangi Amerika Serikat terhadap Sukarno.
“(Yang harus diwaspadai adalah) Amerika bukan lagi memutuskan kepala kita dengan paksa, tapi kita sendiri yang memutusnya antara rakyat dan pemimpin,” terangnya.
Meski begitu, Dede meyakini bahwa saat ini Indonesia sudah mulai meningkatkan harga diri dan martabatnya dalam percaturan politik global.
“Pak Jokowi sudah membuktikan hal itu. Artinya, tinggal diperkuat saja,” sarannya. (fb)