Zionis Israel Dinilai Gagal dalam Perang di Palestina dan Lebanon

Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah di Lebanon, Sayid Hashem Safiuddin. (Istimewa)

BAINDONESIA.CO – Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah di Lebanon Sayid Hashem Safiuddin menekankan pada peringatan 40 tahun Syahid Fouad Shekar bahwa tujuan musuh tidak akan terwujud baik di Gaza, Lebanon, maupun di tingkat regional.

Menurut kantor berita Mehr yang dikutip Al-Mayadeen, Sayid Hashem memberikan pidato pada peringatan 40 tahun Syahid Fouad Shekar.

Dia menekankan, saat ini musuh berdiri dalam kebingungan dan keterkejutan di hadapan keputusasaannya karena kenyataan bahwa tidak ada satu pun tujuannya yang tercapai setelah hampir satu tahun perang.

Pihak penjajah berada dalam krisis yang parah dan serangan mereka terhadap para komandan dan warga sipil yang tinggal di desa-desa adalah penyebab krisis ini.

Saat ini, para pejuang di Gaza dan Lebanon selatan dan di seluruh negeri berperang dengan gagah berani dan mengalahkan rencana jahat musuh Zionis.

Mata para pejuang terus tertuju pada sasaran musuh.  Tujuan-tujuan tersebut tidak akan terwujud baik di Gaza, Lebanon maupun di kawasan Asia Barat.

Sayid Hashem menambahkan, Badai Al-Aqsa adalah manifestasi dari keinginan para pejuang Perlawanan dan mengguncang proyek Zionis.

“Setelah operasi ini, para pemimpin proyek ini merasa bahwa segala sesuatu yang mereka bangun berada di bawah ancaman,” tegasnya.

“Musuh terus melakukan pembunuhan di Gaza, namun mereka belum mencapai tujuan akhirnya, dan ini menunjukkan gangguan yang tidak biasa bagi mereka,” lanjutnya.

Ia menyebut tentara yang menganggap dirinya sebagai legenda tidak mencapai apa-apa selain kekhawatiran, dan meskipun menyebabkan kehancuran, pembunuhan, kelaparan dan pengepungan, mereka belum mencapai tujuannya.

Sayid Hashem mengungkapkan bahwa operasi penyeberangan Karamah merupakan penekanan bahwa ada semangat perlawanan di Yordania dan seluruh dunia Arab.

Berbagai perlawanan Islam di Lebanon kepada penjajah menghilangkan keamanan dan stabilitas di utara (wilayah pendudukan) dan meningkatkan kekhawatiran penjajah mengenai masa depan. (*)

Sumber: Mehrnews.com

Berita
Lainnya