BAINDONESIA.CO – Seseorang yang hendak terjun ke dunia usaha mesti mempertimbangkan berbagai tantangan dan peluang sebelum memulai usaha.
Pengusaha sukses asal Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara Adi Darmawan menjelaskan beberapa pertimbangan yang mesti dipikirkan oleh calon pengusaha.
“Sebelum kita terjun ke dunia usaha, kita harus bisa melihat apakah itu habits (kebiasaan) orang di daerah kita atau bukan. Lebih dipikirkan arah jangka panjangnya kecuali memang mau membuat usaha dalam jangka pendek,” sarannya, Jumat (2/2/2024).
Sebuah usaha tak bertahan lama karena sejumlah faktor, menurut Adi, salah satunya usaha yang hanya menyediakan makanan ataupun minuman yang dikonsumsi secara musiman, kekinian, dan bermodal viral.
“Kalau kita memilih bisnis makanan atau minuman asing, biasanya awal-awal memang akan ramai dan mendapatkan omset yang tinggi. Tapi itu akan bertahan hanya beberapa bulan saja,” jelasnya.
Hal ini, sambung dia, berbeda dengan usaha ayam krispi yang umumnya selalu dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
“Beberapa brand-brand besar dari luar negeri yang konsisten mempromosikan ayam krispi, sehingga menjadi kebiasaan di Indonesia juga mengonsumsi ayam krispi,” bebernya.
Hal lain yang harus diperhatikan sebelum memulai suatu usaha adalah relasi. Relasi bisa diartikan juga sebagai investor, vendor, dan penyedia bahan baku.
Selain itu, ia menyebut pengusaha baru harus menanamkan konsistensi dalam membangun dan menjalankan usaha.
Ketidakonsistenan dalam mengoperasikan usaha, lanjut Adi, akan berpengaruh pada perkembangan usaha yang tengah dijalankan pengusaha.
“Banyak pebisnis-pebisnis pemula yang kayak gini, ‘Ya sudah nanti jam 9 saja baru buka.’ Kadang jam 7 malam sudah tutup. Hal-hal yang kayak gitu yang bikin kita tidak maju,” tegasnya.
Menurut dia, mempertahankan dan mengembangkan usaha jauh lebih sulit daripada memulainya. Karena itu, pengusaha perlu menanamkan konsistensi dalam menjalankan usahanya.
Konsistensi, lanjut Adi, tak hanya pada aspek jam operasional usaha, tetapi juga pada pekerjaan harian, pengaturan karyawan, konsumen, harga, rasa, produk, pelayanan, dan relasi dengan investor.
Ia juga menekankan etika pengusaha dalam menjalankan usahanya. “Yang bakal di-tracking itu adalah siapa nama kita; attitude-nya gimana,” ujarnya.
Dia berpesan kepada para pemuda yang hendak membangun masa depannya agar menjaga nama baik mereka sejak dini. Pasalnya, setiap orang akan menilai seseorang berdasarkan rekam jejaknya.
“Saya kategorikan (rekam jejak yang buruk) sebagai hambatan untuk berkembang,” pungkasnya. (ia/um)