BAINDONESIA.CO – Pengusaha sukses asal Kukar Adi Darmawan memiliki 56 outlet dengan brand Selalu Teh.
Adi masih ingin mengembangkan usahanya bahkan sampai keluar Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Selalu Teh merilis outlet pertamanya pada 7 Januari 2021. Dalam waktu tiga tahun usaha tersebut telah memiliki puluhan outlet.
Selain di Kukar, Selalu Teh mempunyai 18 outlet di Samarinda, Balikpapan 5 outlet, Kutai Timur 2 outlet, dan Kutai Barat 6 outlet.
“Mudah-mudahan tahun ini target kita bisa sampai 300 outlet,” harapnya, Jumat (2/2/2024).
Ia sedang menyiapkan ekspansi Selalu Teh hingga Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Jawa Timur.
Pembuatan dan pembangunan setiap outlet saat ini, sebut dia, membutuhkan dana sekitar Rp 170 juta.
“Kalau di awalnya dulu modalnya satu outlet itu Rp 35 juta. Belum termasuk sewa. Cuman waktu itu masih peralatan sederhana. Belum terstandarisasi. Tampilan outlet-nya juga masih biasa,” jelasnya.
Biaya pembuatan outlet meningkat berkali-kali lipat dibanding sebelumnya karena tempat produksi dan penjualan Selalu Teh tersebut telah berstandar.
“Peralatan kita bisa dibilang lumayan sudah terstandardisasi. Jadi, biaya investasinya juga cukup gede,” ungkapnya.
Dia optimis usahanya akan terus berkembang dari tahun ke tahun. Pasalnya, berdasarkan survei timnya, 34 persen masyarakat Kaltim meminum teh setiap hari.
Kegemaran masyarakat Bumi Etam meminum teh ini pula yang membuat Selalu Teh tetap bertahan bahkan semakin berkembang di tengah berbagai tantangan internal dan eksternal.
Selain itu, Selalu Teh menawarkan varian teh yang digemari oleh para penggemar minuman tersebut.
“Kenapa istimewanya Selalu Teh itu? Karena kita memang menjual teh yang selalu menjadi kebutuhan masyarakat,” ucapnya.
Di balik kesuksesannya dalam membangun Selalu Teh, Adi menghadapi beragam tantangan, salah satunya bahan baku yang tak tersedia di Kaltim.
“Hampir semua bahan-bahan kita bergantung di Jawa,” terangnya.
Pengiriman bahan-bahan pembuatan teh yang dijual oleh Selalu Teh tak selalu berjalan mulus.
“Misalnya dalam satu bulan ada pengiriman dari Jawa yang tersendat kapalnya. Bisa dibayangkan outlet itu gimana kelimpungannya buat nyari barang,” katanya.
Adi juga menghadapi tantangan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bersedia bekerja di seluruh outlet yang dibangunnya.
“Bisnis Selalu Teh itu selalu butuh yang namanya SDM yang banyak karena kalau SDM kurang, multiplier-nya itu agak susah,” tutupnya. (ia/um)