Bangun Martabat Bangsa, Pengamat Politik: Indonesia Harus Bangun Kemandirian Ekonomi dan Militer

Pengamat politik Indonesia, Muhammad Jawad. (Maula TV)

BAINDONESIA.CO – Pengamat politik Indonesia Muhammad Jawad menjelaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang mengedepankan prinsip perlawanan, bukan bangsa pecundang.

Presiden Jokowi, kata dia, sudah melangkah ke arah tersebut. Hal itu tercermin dari sikap dan kebijakan orang nomor satu di Indonesia tersebut saat menetapkan kebijakan di bidang ekonomi, yang melarang ekspor bijih nikel ke Eropa.

“Kita enggak menjual bahan mentah. Eropa pun kelimpungan. Dan ternyata kita bisa melakukan itu, karena di bidang ekonomi itu banyak sekali pilihan-pilihan untuk bekerja sama,” jelasnya sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Maula TV Channel pada Selasa (12/9/2023).

Selain itu, menurut dia, Indonesia telah berusaha bergabung dengan BRICS, yang meliputi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Jawad menjelaskan, Indonesia juga telah berusaha mengurangi transaksi menggunakan dolar dalam transaksi global.

Selain di bidang ekonomi, ia menilai, negara ini bisa meningkatkan martabatnya dalam percaturan politik global di bidang militer.

“Kemungkinan itu tampak ketika kita mulai mencoba untuk membangun kemandirian melalui beberapa hal, misalnya kita menghasilkan kapal; industri kapal memproduksi kapal-kapal perang secara mandiri,” ungkapnya.

Dalam prinsip nonblok, sebut dia, Indonesia sejatinya dituntut untuk membangun kemandirian dari segi militer. Indonesia memiliki kapasitas mumpuni untuk membangun kemandirian tersebut.

Jawad menyebutkan bahwa Indonesia memiliki industri di bidang militer yang tergolong maju. “Semua ini seharusnya menjadi kebanggaan. Kalau itu bisa dibangun dengan baik, maka kemandirian secara militer ini akan menjadikan kita sebetulnya sudah pasti berwibawa di Asia Tenggara,” ujarnya.

Selain memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, lanjut dia, Indonesia mempunyai potensi-potensi di bidang militer, yang ditandai dengan produksi peralatan-peralatan militer secara mandiri di Tanah Air.

“Kapal militer yang diproduksi di Surabaya dan Banyuwangi itu kan yang kecil-kecil. Bisa dijadikan untuk perang-perang gerilya,” jelasnya.

Apabila berbagai kekuatan tersebut dimaksimalkan, kata dia, Indonesia akan berwibawa secara militer.

“Saatnya kita kembali kepada Sishankamrata (Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta) yang melibatkan rakyat. Rakyat ini adalah penyokong utama negara kita dan wibawa negara kita,” tegasnya. (fb)

Berita
Lainnya