Delapan Tahun Perjalanan Gadai Syariah Berkat Bersama

Owner Gadai Syariah Berkat Bersama, Muhammad Abduh. (BA Indonesia/Ufqil

BAINDONESIA.CO – Gadai syariah tengah menjamur di Indonesia. Salah satu jenis pegadaian ini muncul saat kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah kian meningkat.

Gadai Syariah Berkat Bersama merupakan satu di antara banyak pegadaian syariah di Indonesia yang menawarkan solusi untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan finansial.

Media ini menggali lebih jauh sejarah pembentukan, perjalanan, pengembangan, dan rencana ekspansi usaha tersebut lewat Owner Gadai Syariah Berkat Bersama, Muhammad Abduh.

Berikut wawancara lengkap kami dengan Abduh di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, pada Rabu (27/9/2023).

Pusat dan cabang gadai syariahnya di mana saja saat ini?

Kalau untuk saat ini kita ada di Kaltim terutama. Sama di daerah Makassar untuk provinsi. Cuman kalau dulu sempat ada juga di Banjarmasin juga. Cuman sekarang kita sudah enggak pegang pengelolaan di sana.

Berarti saat ini cabangnya sudah banyak?

Alhamdulillah. Kalau untuk gadai syariah cabangnya sudah sampai 50 cabang. Cuman yang paling banyak di Kaltim, terutama di Samarinda dan Tenggarong.

Sejak tahun berapa bangun gadai syariah?

Kalau untuk gadai syariah, pertama buka itu di tahun 2015. Tapi kalau misalkan kita bicara dari segi legalitas, itu keluar OJK-nya baru tahun 2022 kemarin. Tapi 2018 itu sudah ada keluar juga surat izin dari OJK.

Cuman kemarin itu waktu awal pembuatan gadai syariah itu izinnya baru koperasi. Nah, ternyata setelah kita masukkan di OJK, mereka minta perubahan ke PT. Itu sempat sudah keluar suratnya di tahun 2018.

Cuman karena ada perubahan peraturan, akhirnya yang seharusnya koperasi kita sudah keluar surat izin, berubahlah kita jadi PT.

Nah, itu proses panjang lagi. Gara-gara pandemi, panjang lagi, yaitu sampai tahun 2022 kemarin.

Dan untuk OJK Kaltim, kita satu-satunya yang dapat untuk izin gadai syariahnya.

Artinya, sekarang sudah jalan hampir 8 tahun gadai syariah yang kita bangun.

Kenapa bergerak di gadai syariah? Kenapa enggak gadai secara umum?

Sebenarnya dulu awalnya kita kepepet. Kayak gitu. Kenapa kok ada syariah? Jadi, antara gadai konvensional sama syariah itu kan kita beda di akad. Semuanya kalau di dunia ini antara syariah sama non-syariah sebenarnya aplikasinya sama.

Cuman kalau misalkan kita bicara perihal kita sebagai Muslim, tuntunan-tuntunannya itu “oh yang ini syariah, ini bid’ah.” Seperti itu. Nah, otomatis begitu.

Kenapa kami kemarin ambil ada lambang syariahnya? Pertama kan dari background kami juga. Kedua, kita kan kepingin syiar.

Dulu, sebelum membangun gadai syariah ini, kita konsultasi dulu. Konsultasi ke beberapa orang. Ada juga yang menyarankan kita bikin koperasi biasa. Kita bikin koperasi syariah saja, dan lain sebagainya.

Nah, di situ ada pilihan-pilihan. Waktu kita pilih itu, jatuhnya kita ke syariah. Kenapa? Karena ini masalah hati. Salah satu owner-nya juga dulu dia sempat mau bikin koperasi. Dulu sempat salah satu owner-nya itu bicara kenapa dia tidak mau buat operasi karena masalahnya masalah hati. Dia ngomong kayak gitu.

Nah, setelah kita jelaskan bahwa antara konvensional dan syariah seperti ini, nah dia “oh kayaknya cocok ini.” Nah, gara-gara itulah akhirnya kita bangun dengan nama dari syariah itu. Sampai sekarang. Itu sih untuk history kenapa kita pakai background syariah. Masalah hati.

Apa kelebihan gadai syariah?

Sebenarnya kalau kita bicara kelebihan, malah syariah itu malah lebih mahal kalau kita bicara biaya titip. Cuma kita memang ada beberapa hal yang apabila dibandingkan dengan konvensional itu malah “oh ternyata syariah itu syiarnya seperti ini.”

Misal, kalau kita bicara konvensional, anggaplah kita telat, kena denda. Kemudian, kalau misalkan kita mau pelunasan dulu, kita malah dipotong. Ada kena penalti.

Kalau misalnya di syariah, tidak. Begitu kita telat, kita tidak kena denda. Begitu kita mau pelunasan dulu, dipersilakan. Bahkan kalau misalkan kita itu pelunasan dulu, itu kan kena penalti di gadai konvensional. Kalau di gadai syariah tidak ada. Bahkan yang sudah lewat lama pun, misalnya anggaplah di perjanjian kita sudah melewati satu bulan. Satu bulan berikutnya, bahkan sampai dua bulan berikutnya, itu kita tidak dikenakan biaya tambahan lagi. Cukup di akad awalnya saja.

Begitu nasabah tidak bisa pelunasan, tim kita akan follow up. Kita akan bantu jual. Jadi, intinya antara kita dengan nasabah itu klir hubungannya. Begitu nasabah tidak bisa pelunasan, kita akan bantu jualkan barang tersebut. Bahkan kelebihannya kita kasihkan ke nasabah. Nasabah hanya bayar pokoknya saja.

Artinya banyak kemudahan yang diberikan?

Salah satu value kita di situ. Enggak ujug-ujug kita lelang milik nasabah. Jadi, untuk barang sampai dilelang itu ada prosesnya. Prosesnya itu adalah dari kita follow up nasabahnya sampai nasabahnya datang ke kantor. Intinya kita tidak ada membedakan nasabah.

Kenapa gadai syariah? Ini kan background kami dulu. Saya dulu sempat kerja di bank. Waktu kerja di bank itu, saya sering berhubungan dengan nasabah. Saya sebagai akun officer. Cari nasabah. Begitu saya turun ke lapangan, ke pasar, sebenarnya mereka enggak perlu sampai puluhan juta. Kalau kredit bank itu mikro, minimal kalau kredit dulu ada Rp 25 juta; ada Rp 15 juta.

Ternyata waktu saya turun ke lapangan, itu perlunya cuman Rp 1 juta atau Rp 2 juta. Rp 3 juta sudah jarang. Biasanya rata-rata 2 jutaan. Rp 2 juta ke bawah malah.

Apa keperluan mereka? Itu biasanya untuk bayar misalnya entah itu keperluan pribadi, misal gaji suami belum turun bulan itu, akhirnya terbayar untuk keperluan sekolah, biaya listrik. Kalau misalkan mereka ada, anggaplah keluarga ada yang sakit, jadi perlunya sebenarnya enggak terlalu besar.

Sedangkan di pemerintah, kalau mereka masuk, mengajukan di sana, pertama prosesnya lama. Kan harus ada survei, jaminan, dan lain sebagainya. Proses itu biasanya paling cepat biasanya satu minggu.

Sedangkan kami di gadai syariah, selama dia punya barang dan barangnya itu bisa dipastikan bahwa miliknya sendiri, saat itu bisa cair tanpa survei.

Intinya, kita transaksinya di sana. Begitu kita cek barangnya, barang ini adalah milik sendiri, bisa kita pastikan dengan kelengkapan dan lain sebagainya, saat itu bisa cair.

Kenapa kok kita terima elektronik? Kan biasanya kalau misalkan kita mau mengajukan ke bank, anggaplah bank perlunya apa? PPAT, sertifikat, enggak semua orang punya. Kalau pegadaian, emas enggak semua orang punya. Okelah ibu-ibu, cuman enggak semuanya punya.

Tapi kalau HP, apalagi sekarang sedang momentumnya. HP, laptop, TV, hampir semua rumah ada, bahkan kalau misalkan kita bicara dari gaya hidup, entah itu anak sekolah, entah itu ibu-ibu rumah tangga, biasanya mereka punya lebih dari satu HP.

Itu momentum sebenarnya antara kami sama nasabah, pertama dari silaturahmi, yang kedua solusi itu. Jadi, mereka sudah enggak repot lagi “saya harus melengkapi kartu keluarga, rekening listrik, rekening tabungan, dan lain sebagainya.”

Cukup nasabah atau Anda bawa handphone Anda, televisi Anda, dan biasanya kami cek. Apa benar-benar punya Anda atau enggak.

Sudah berapa nasabahnya saat ini?

Kalau bicara nasabah yang ada di gadai syariah itu sudah masuk ke 50 ribuan. Kalau bicara dari tahun 2015. Itu sudah ada datanya sampai tahun 2021. Kalau sekarang mungkin sudah ratusan ribu nasabah.

Apakah ada keinginan untuk melakukan ekspansi?

Ya, itu otomatis. Namanya kita syiar. Pertama visinya adalah silaturahmi. Kemudian di samping itu, kita juga ingin menumbuhkan tenaga kerja. Kita ingin selalu membuka lapangan kerja untuk banyak orang. Otomatis di sana pasti ada pertumbuhan cabang juga, pertumbuhan dari segi lokasi juga.

Yang dulu awalnya cuman ada di Kalimantan Timur, sekarang kita sudah masuk ke Sulawesi Selatan.

Sekarang tenaga kerjanya juga sudah banyak?

Sudah banyak. Alhamdulillah sudah ratusan.

Ekspansi ke mana saja rencananya?

Kalau untuk ke depan, kemarin kita sudah ada pembahasan visi, untuk saat ini kita lebih ke Indonesia Timur. Tapi nanti setelah kita menguasai Indonesia Timur, itu kita mau ke luar negeri. Kemungkinan yang ada TKW-nya, TKI atau TKW.

Kenapa? Karena kita tidak menutup kemungkinan, kalau misalkan orang TKI atau TKW, mereka anggaplah di sana mau kirim uang, kan agak repot. Nah, entah mereka belum gajian dan lain sebagainya. Itu bisa prosedurnya lewat kita. Keluarga yang di Jawa atau keluarga yang di Kalimantan perlu, di sana begitu kita punya cabang, boleh digadaikan di sana. Itu untuk jangka panjangnya.

Cuman kalau saat ini kita masih prioritas untuk di Indonesia bagian timur dulu. Soalnya kalau di Indonesia Barat itu kompetitornya sudah luar biasa. Melawan itu enggak asal lawan. Kita ada strateginya.

Kalau kita perang di sana, kita kurang alat perangnya, begitu mereka masuk di sini, kita kekurangan alat perang. Makanya mau enggak mau kita kuasai dulu di daerah timur. Pinggirannya. Nanti kalau kita sudah merasa “oh kita sudah bisa,” baru kita masuk ke Indonesia Barat. (um)

Baca Juga:

Berita
Lainnya