BAINDONESIA.CO – Ketua Komunitas Literasi dan Budaya Etam (Kaliya) Viola Meilinda Putri mengapresiasi Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kukar yang telah mendukung berbagai kegiatan komunitas tersebut.
“Terima kasih karena kami sudah diapresiasi. Dari situ juga Kaliya bisa naik. Naik maksudnya lebih dikenal,” katanya baru-baru ini di Tenggarong.
Meski begitu, ia mengaku belum mendapatkan pendampingan secara berkesinambungan dari Dispora Kukar untuk mendukung berbagai program Kaliya.
Peran Dispora Kukar, sambung dia, dapat diwujudkan dalam berbagai cara untuk meningkatkan peran komunitas seperti Kaliya.
Ia mencontohkan peran tersebut: komunitas-komunitas yang belum memiliki legalitas dapat dibantu dan didampingi oleh Dispora Kukar.
Walau begitu, Viola menyadari bahwa para penggerak komunitas juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan komunitas mereka.
“Jadi, setiap kita punya tanggung jawab. Sesimpel itu. Kita menjalankan tupoksi masing-masing. Kami menjalankan program (dan pemerintah bisa membantu kami),” ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa Kaliya belum terbentuk di kabupaten/kota lain di Kaltim. Meski demikian, balam hal pelaksanaan kegiatan hanya Kaliya yang membuka kelas bahasa isyarat di Bumi Etam.
“Kalau ada kelas bahasa isyarat, biasanya dari provinsi atau nasional. Dan itu pun sekali dan tidak berkelanjutan,” jelasnya.
Belajar bahasa isyarat yang dijalankan pemerintah provinsi ataupun pemerintah pusat, kata Viola, tak pernah dijalankan secara berkelanjutan.
“Hanya kayak workshop. Bukan kelas. Kami itu bukanya kelas. Itu hanya bahasa isyarat. Belum lagi kelas beragam dan lain-lain,” sebutnya.
Karena itu pula Viola pernah mendapatkan dorong dari sejumlah pegiat media sosial untuk membuka cabang Kaliya di kabupaten/kota di Kaltim.
“Ada yang minta ‘coba dong buka Kaliya di Samarinda sama Bontang’. Tapi kita belum siap, karena di Kukar saja masih terengah-engah,” katanya. (adv/um)