BAINDONESIA.CO – Komunitas Literasi dan Budaya Etam (Kaliya) Viola Meilinda Putri mengaku komunitasnya membina para penyandang tunarungu.
Melalui Kaliya, ia ingin membiasakan masyarakat Kukar untuk berkomunikasi dengan para penyandang disabilitas.
“Cara membiasakannya melalui apa? Melalui kelas tadi. Kelas bahasa isyarat. Kaliya biasa menyebutnya beisyaratan,” ungkapnya baru-baru ini kepada awak media baindonesia.co.
Dari kelas beisyaratan, pihaknya menginginkan masyarakat mengetahui bahasa isyarat yang tengah diajarkan dalam kelas yang digagas dan dijalankan Kaliya.
“Selain tahu, juga bisa menggunakannya. Ketika sudah belajar, tahu cara menggunakannya,” tegas dia.
Lewat kelas bahasa isyarat, Viola mengungkapkan, Kaliya bertujuan menghadirkan juru bahasa isyarat di tengah-tengah komunitas tersebut.
“Ibaratnya itu goalsnya yang paling prioritas sebenarnya itu: menghadirkan juru bahasa isyarat,” ujarnya.
Meskipun prosesnya tergolong pelan, ia menegaskan bahwa pergerakan komunitasnya terus berkelanjutan.
“Alhamdulillah di akhir 2023 ini sudah batch kedua. Walaupun tentunya dengan banyak rintangan, alhamdulillah sudah sampai di batch kedua. Dan batch kedua pun sudah menjelang akhir,” sebutnya.
Dalam kelas bahasa isyarat, ungkap dia, terdapat level 1 hingga 10 yang telah ditetapkan oleh Kaliya.
“Level 1 sampai 5 ujian. Habis itu level 6 sampai 10 ujian. Alhamdulillah teman-teman sudah di level 5 atau di batch kedua. Tinggal ujian,” jelasnya.
Kata dia, kelas tersebut memiliki konsep dasar memberi dan diberi. Teman tuli memberikan pengajaran kepada teman dengar.
“Di satu sisi lagi teman dengar memberikan pengajaran ke teman tuli. Itu yang satunya kelas beragam. Belajar agama,” terangnya. (adv/um)