BAINDONESIA.CO – Komunitas Literasi dan Budaya Etam (Kaliya) akan terus membangkitkan kepercayaan diri para penyandang tunarungu dalam kehidupan sehari-hari.
Keinginan tersebut diwujudkan dalam pembukaan kelas bahasa isyarat, yang telah berjalan memasuki level keenam di akhir tahun 2023.
Dalam kelas tersebut, teman tuli mengajarkan bahasa isyarat kepada teman dengar. Dengan begitu, teman tuli akan timbul dalam dirinya bahwa ia juga bisa memberikan pengajaran kepada orang lain.
“Sesimpel itu bisa meningkatkan kepercayaan diri mereka,” jelas Ketua Kaliya kepada baaindonesia.co baru-baru ini di Tenggarong.
Selain tujuan tersebut, Kaliya juga ingin membuka lapangan pekerjaan. Salah satu langkahnya, di dalam kelas bahasa isyarat terdapat 4 orang teman tuli yang dijadikan sebagai pengajar tetap.
“Jadi, 4 orang teman tuli ini yang ngajarkan secara bergantian dan terjadwal kepada teman dengar yang peserta itu,” ungkapnya.
Di Tenggarong, sambung dia, terdapat banyak teman tuli. Namun, hanya 4 orang yang dijadikan sebagai pengajar di kelas bahasa isyarat.
“Sebenarnya semuanya mampu. Cuman ‘belum laya’. Kenapa belum layak? Karena ada konsep sebab akibat. Kami merasa tidak ada kepercayaan diri di mereka. Terus yang kedua belum ada mentalitas yang kuat di mereka,” ungkapnya.
Karena itu pula Viola mengaku komunitas yang dipimpinnya memiliki banyak harapan, salah satunya membentuk karakter dan mental teman-teman tuli.
Dalam mewujudkan rencana tersebut, ia ingin membangun kerja sama dengan para psikolog. Menurutnya, langkah ini merupakan bagian dari usaha menguatkan kolaborasi antara Kaliya dengan berbagai kalangan.
“Kita kuatkan kolaborasi. Ibaratnya, Kaliya itu hanya sebagai wadahnya. Siapa pun yang mau ngisi, boleh banget. Tapi, fokus Kaliya masih di teman-teman tuli,” jelasnya. (adv/um)