BAINDONESIA.CO – Selain kelas bahasa isyarat, Komunitas Literasi dan Budaya Etam (Kaliya) membuka kelas beragam, yang mengajarkan ilmu agama kepada teman-teman tuli.
Ketua Kaliya, Viola Meilinda Putri mengungkapkan, pengajaran ilmu agama dinilai sangat penting untuk dijadikan bekal dalam kehidupan sehari-hari.
“Karena masih banyak ditemui di teman-teman tuli itu masih miskonsepsi syahadat itu gimana konsepnya, sholat itu apa, tuhan itu apa, tuhan itu ada berapa. Masih miskonsepsi soal itu,” jelasnya baru-baru ini di Tenggarong.
Ia menyebutkan bahwa kelas beragam akan terus berjalan secara berkelanjutan lewat proses panjang dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Kata dia, Kaliya tengah membangun komunikasi dengan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk menjalankan kelas beragam.
“Alhamdulillah terakhir kemarin sudah sampai pada tahap final. Tapi untuk realisasinya memang belum berjalan,” ungkapnya.
Ia berdalih, kerja sama dalam pengajaran ilmu agama dengan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah belum berjalan karena keterbatasan sumber daya manusia. “Dan masih ada pengaturan secara internal kami,” katanya.
Sementara itu, kelas bahasa isyarat memiliki pengajar tetap sebanyak 4 orang dari teman-teman tuli. Kelas ini mengajarkan bahasa isyarat kepada teman-teman dengar.
“Untuk jadwalnya itu rutin di hari Sabtu setiap minggu,” bebernya.
Pada batch pertama terdapat 36 peserta yang mengikuti kelas tersebut. Saat itu, para peserta yang mengikuti kelas ini tak dikenakan biaya.
“Ujung-ujungnya terus berkurang sampai tinggal 9 orang,” terangnya. (adv/um)