BAINDONESIA.CO – Komunitas Literasi dan Budaya Etam (Kaliya) akan kembali membuka kelas bahasa isyarat. Kali ini, kelas tersebut akan dijalankan secara daring.
Ketua Kaliya, Viola Meilinda Putri mengungkapkan, pembukaan kelas bahasa isyarat secara daring bertujuan untuk menyahuti permintaan calon peserta di luar Kukar.
“Awal-awal buka kelas bahasa isyarat itu antusiasme teman-teman dari luar itu banyak banget. Bahkan ada dari teman-teman luar Kukar, bahkan luar Kaltim. Antusiasme orang luar itu malah besar,” ungkapnya baru-baru ini.
“Makanya kami sedang mengkaji; mengonsepkan sama-sama. Insyaallah di batch ketiga ini antara dua: apakah akan hybrid, ada online dan offline, ataukah full online semua,” sambungnya.
Pengajar dalam kelas tersebut berasal dari teman tuli. Kaliya akan terlebih dahulu mengajarkan kepada mereka cara menggunakan media dalam pengajaran bahasa isyarat.
“Mungkin sebagian sudah tahu, tapi kan belum familiar. Jadi, lagi dikonsepkan,” katanya.
Di Tenggarong, sebut dia, terdapat banyak teman tuli. Namun, hanya 4 orang yang dijadikan sebagai pengajar di kelas bahasa isyarat.
“Sebenarnya semuanya mampu. Cuman ‘belum laya’. Kenapa belum layak? Karena ada konsep sebab akibat. Kami merasa tidak ada kepercayaan diri di mereka. Terus yang kedua belum ada mentalitas yang kuat di mereka,” ungkapnya.
Karena itu pula Viola mengaku komunitas yang dipimpinnya memiliki banyak harapan, salah satunya membentuk karakter dan mental teman-teman tuli.
Dalam mewujudkan rencana tersebut, ia ingin membangun kerja sama dengan para psikolog. Menurutnya, langkah ini merupakan bagian dari usaha menguatkan kolaborasi antara Kaliya dengan berbagai kalangan.
“Kita kuatkan kolaborasi. Ibaratnya, Kaliya itu hanya sebagai wadahnya. Siapa pun yang mau ngisi, boleh banget. Tapi, fokus Kaliya masih di teman-teman tuli,” jelasnya. (adv/um)