BAINDONESIA.CO – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan 15 poin kesepakatan akan ditandatangani antara Iran dan Irak.
Menurut kantor berita Mehr, Abbas menyatakan pada Rabu, 21 September 2024, sebelum berangkat ke Irak, perjalanan Pezeshkian dan delegasi pendamping adalah perjalanan luar negeri pertama pemerintahan ke empat belas.
Dia menekankan bahwa perjalanan pertama akan dilakukan ke negara yang memiliki hubungan paling dekat dengan Republik Islam Iran.
“15 poin kesepakatan akan ditandatangani antara kedua negara selama perjalanan ini,” jelasnya.
Araghchi menambahkan, almarhum Sayid Ayatollah Raisi seharusnya melakukan perjalanan ini, namun sayangnya hal itu tidak dapat dilakukan karena kecelakaan pesawat.
“Saya berharap perjalanan ini akan memperluas kedalaman strategis hubungan kedua negara dan membawa kerja sama antara kita dan Irak ke babak baru,” harapnya.
Mengekspresikan kepuasannya atas hubungan luas antara kedua negara di bidang politik, ekonomi, regional dan populer di Arbain dan Atbat, keamanan dan lingkungan, Araghchi mengatakan, hubungan Iran-Irak telah mengalami banyak pasang surut sepanjang sejarah.
“Namun syukur kepada Tuhan, saat ini perbatasan kami adalah perbatasan perdamaian dan insyaallah perjalanan ini akan membantu mengembangkan hubungan kedua negara semaksimal mungkin,” ucapnya.
Presiden Republik Islam Iran Masoud Pezeshkian menyatakan sebelum berangkat ke Irak mengaku menyapa masyarakat berdasarkan kebijakan yang telah diumumkan sebelumnya dan juga kebijakan yang diumumkan oleh Pemimpin Tertinggi, mengenai komunikasi yang erat dengan tetangga dan khususnya Irak, yang telah banyak berhubungan dengan Iran sejak masa lalu dan merupakan sahabat Iran, Muslim, tetangga dan mitra ekonomi, politik dan sosial, serta merupakan pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.
“Dan ulama berasal dari di sana, tentu saja, perjalanan luar negeri pertama pemerintah ke empat belas haruslah dari negara sahabat dan saudara, yaitu Irak,” ujarnya.
Dia menambahkan, Iran dapat menjalin banyak kerja sama dengan Irak. Perjanjian telah disiapkan yang akan ditandatangani kedua belah pihak. Upaya masyarakat dan pemerintah negara di Arbain ini dapat diapresiasi.
“Selama perjalanan ini, kita akan bertemu dengan para pejabat besar Irak di Bagdad. Kita akan mengunjungi Najaf dan Karbala. Saya sangat ingin mengunjungi makam atau haram Imam Ali di Najaf,” jelasnya.
“Upaya kami di pemerintahan ini adalah mencoba mengikuti jalan yang telah mereka ajarkan kepada kami dalam hal keadilan, etika, dan persatuan, dan membuat kesepakatan untuk melanjutkan jalan ini,” sambungnya.
“Kami akan pergi ke kota-kota Syiah di Irak dan Basra. Kami juga melakukan perjalanan ke kota-kota Kurdi di Erbil dan Sulaymaniyah. Perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang sangat baik dalam menjalin hubungan politik, budaya dan ekonomi.”
“Saya berharap kita memiliki hubungan yang baik, tulus dan persaudaraan dengan negara-negara Islam, yang dimulai dengan Irak, dan kita akan menghilangkan masalah-masalah yang mungkin ada di bidang ini, insyaallah,” pungkasnya. (*)
Sumber: Mehrnews.com