Lakukan Lawatan Perdana ke Irak, Presiden Pezeshkian Singgung Persatuan Islam

Presiden Republik Islam Iran Masoud Pezeshkian berjabat tangan dengan salah satu pejabat Irak. (Istimewa)

BAINDONESIA.CO – Presiden Republik Islam Iran Masoud Pezeshkian menyebut saat ini para pemimpin Iran dan Irak memiliki keinginan serius untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dan meningkatkan tingkat hubungan di antara mereka.

Langkah ini dapat secara akurat menentukan jalur pengembangan hubungan serta hambatan dan persyaratannya.

Menurut kantor berita Mehr, pernyataan tersebut disampaikan Pezeshkian saat melanjutkan pertemuannya dengan Ketua Dewan Kehakiman Tertinggi Irak Faiq Zidan.

Dia mengaku tertarik mengunjungi negara sahabat sebelum melakukan perjalanan ke Amerika.

“Saya ingin bepergian sebagai seorang Muslim dan itulah mengapa kami memilih Irak, yang merupakan tanah air kedua kami,” katanya.

Ia menyebut Amerika Serikat sedang mencoba untuk merusak persatuan dan solidaritas antara Muslim dan negara-negara di kawasan ini, tetapi Pezeshkian percaya pada keyakinan bahwa Iran-Irak bersaudara.

Presiden Iran melanjutkan dengan menekankan bahwa kejahatan rezim Zionis di Gaza tidak dapat dibenarkan dengan standar apa pun.

“Zionis melakukan kejahatan terhadap rakyat Gaza yang tidak bersalah dengan cara yang paling brutal, dan jika rakyat Gaza ingin membela diri mereka sendiri, pendukung rezim ini menuduh mereka melakukan terorisme,” ujarnya.

Pezeshkian mengatakan bahwa jika umat Islam dan negara-negara di kawasan bergandengan tangan, mereka dapat menghancurkan dominasi Barat.

Dia menyatakan, persatuan politik dan kerja sama ekonomi, Iran-Irak dapat meningkatkan kemakmuran, kenyamanan dan keamanan di kawasan dan melalui cara ini kedua negara dapat menetralkan konspirasi musuh.

Presiden menunjuk pada kesepakatan para pejabat tinggi Iran dan Irak untuk mengembangkan rencana strategis jangka panjang yang komprehensif untuk pengembangan hubungan antara kedua negara.

Saat ini, jelas dia, para pemimpin Iran dan Irak memiliki keinginan yang serius untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan meningkatkan tingkat hubungan di antara mereka.

Rencana ini dapat membuka jalan bagi pengembangan hubungan dan menyelesaikan segala hambatan. Persyaratannya ditentukan dengan hati-hati.

Dalam pertemuan tersebut, Faiq Zidan juga memaparkan dan memperjelas hubungan lama dan bersejarah antara kedua negara: percampuran darah dua pemimpin besar perlawanan, Syahid Sulaimani dan Syahid Al-Muhandis dalam rangka menjamin keamanan.

Di kawasan tersebut, hubungan antara dua negara sahabat dan persaudaraan Iran dan Irak mencapai puncaknya.

“Rakyat Irak tidak akan pernah melupakan persahabatan dan dukungan dari Republik Islam Iran, dan memilih Irak sebagai tujuan perjalanan luar negeri pertama Yang Mulia merupakan pertanda penting bagi kami,” ucapnya.

Ketua Dewan Kehakiman Tertinggi Irak membenarkan kata-kata Dr. Al-Badishian bahwa jika negara-negara Islam bersatu, rezim Zionis tidak akan melakukan kejahatan di Palestina.

Dia mencatat orang-orang Barat memiliki standar ganda dalam berbagai masalah, termasuk hak asasi manusia.

Meskipun mereka gagal meneror Syahid Haniyeh di Teheran, namun ketika mereka merasa Republik Islam Iran menginginkan pembalasan darahnya, mereka memekakkan telinga dunia dengan suara mereka.

“Saya berharap permintaan Anda ini akan diagungkan dan diwujudkan pada saat Anda menghadiri sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mendatang di New York,” harapnya. (*)

Sumber: Mehrnews.com

Berita
Lainnya