BAINDONESIA.CO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menyampaikan keprihatinan atas peningkatan kasus HIV di Kukar.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis Dinkes Kukar, terdapat peningkatan signifikan kasus HIV dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlahnya mencapai 442 kasus.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kukar, Supriyadi menjelaskan, pada tahun 2023 HIV di Kukar mencapai 137 kasus. Sedangkan per Januari 2024 terdapat 5 kasus.
“Kasus ini sifatnya kumulatif karena enggak bisa disembuhkan. Harus minum obat terus,” jelasnya via telepon kepada media ini, Sabtu (3/2/2024).
Dia memaparkan bahwa peningkatan kasus HIV karena melibatkan orang-orang berisiko di populasi kunci seperti ibu hamil, penggunaan jarum suntik bersama, lelaki berhubungan dengan lelaki, wanita pekerja seks, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan.
Jumlah kasus terbanyak terdapat pada kasus lelaki yang melakukan hubungan seks dengan lelaki dan wanita pekerja seks.
Ia menyebut Dinkes Kukar telah mengambil langkah konkret. Pihaknya merancang program edukasi yang melibatkan kerja sama antara dinas tersebut dengan lembaga swadaya masyarakat.
Program ini bertujuan untuk mendorong pemeriksaan secara rutin guna mendeteksi sejak dini kasus-kasus HIV serta pemeriksaan HIV bersifat rahasia demi menghormati hak privasi individu.
“Kalau seandainya tidak kerja sama akan sulit untuk menjangkau sampai ke sana. Jadi, kadang-kadang yang mencarikan sasaran itu teman-teman komunitas sendiri. Terus kita lakukan tes,” paparnya.
Selain itu, Supriyadi mengungkapkan, Dinkes Kukar mengintensifkan pemeriksaan dan konseling HIV di sekolah-sekolah.
Langkah ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para siswa agar meningkatkan pengetahuan mereka mengenai risiko penularan HIV dan cara-cara pencegahannya.
“Terutama kepada adik-adik yang masih SMP (dan) SMA. Kita lakukan edukasi supaya kasus ini tidak meningkat,” terangnya.
Peran aktif seluruh komponen masyarakat dan organisasi masyarakat sangat krusial dalam meminimalkan penyebaran HIV di Kukar.
Supriyadi berharap kerja sama yang sinergis antara masyarakat dan Dinkes Kukar dapat menciptakan lingkungan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan HIV demi menjaga kesehatan masyarakat.
“Yang susah kan HIV ini unik. Enggak gampang. Kadang-kadang sudah tahu, tapi dia enggak akan mau ngasih tahu keluarganya,” pungkas dia. (jt/um)