BAINDONESIA.CO – Proses pembinaan atlet-atlet penyandang disabilitas memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan pembinaan atlet-atlet pada umumnya.
National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Kukar pun menghadapi sejumlah tantangan saat membina para atlet yang akan mengikuti Pekan Paralimpik Provinsi (Peparprov) Kaltim IV tahun 2023 yang akan diselenggarakan di Balikpapan.
Ketua NPCI Kukar Sulastiyono menjelaskan sejumlah tantangan saat mempersiapkan dan membina para atlet paralimpik Kukar.
“Kalau tantangan, memang kalau dari kayak temen-temen kayak kami ini, memang harus ekstra,” ucapnya di Kantor Bupati Kukar pada Senin (13/11/2023).
“Kalau yang normal enggak perlu bantuan, tapi kalau kami bantuan itu pasti. Makanya kalau setiap ada event kayak gini, biasanya kami itu berangkat pasti lebih banyak pesertanya,” ungkap dia.
Ia menjelaskan bahwa tak sedikit atlet paralimpik yang membutuhkan bantuan dan pendampingan sebelum dan saat mengikuti kejuaraan.
“Karena apa? Satu orang (atlet) tuh biasa nambah satu official. Kayak tunanetra, pasti ada satu pendamping sendiri. Rata-rata seperti itu. Jadi, ekstralah kita pendampingannya,” ucap dia.
Sulastiyono menerangkan, para atlet paralimpik umumnya didampingi oleh pihak keluarga mereka. Ada juga pendampingan dari sekolah mereka masing-masing.
“Yang bantuan-bantuan untuk pendamping, pendamping biasanya dari pihak keluarganya, atau dari sekolah biasanya, karena dia sudah tahu karakter-karakternya mereka,” ungkapnya.
Dia mencontohkan atlet penyandang tunagrahita. Atlet tersebut harus didampingi secara khusus oleh orang-orang yang ditakutinya.
“Dia harus tahu ada yang dia takutin. Kalau kasarnya begitu. Anaknya ini kalau enggak ditakutin, dia bisa lepas; bahaya gitu,” terangnya.
Di balik tantangan tersebut, dia mengaku bersyukur karena mendapatkan berbagai fasilitas dan bantuan dari Dispora Kukar.
“Dari segi fasilitas mereka tersedia. Alhamdulillah itu tempat disediakan dari Dispora; difasilitasi oleh Dispora,” tutupnya. (adv/ilh/um)