BAINDONESIA.CO – Lamin 1001 Mandau Kalimantan Timur (Kaltim) merayakan tonggak sejarahnya yang gemilang dalam perayaan tiga tahun anniversary di Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara pada Minggu (28/1/2024).
Dengan berbagai kegiatan dan prestasi yang telah diraih, Lamin 1001 Mandau semakin mengukuhkan posisinya sebagai pusat kegiatan budaya dan seni di wilayah Kaltim.
Peringatan ulang tahun ini diawali dengan upacara pembukaan yang meriah, dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, seniman, dan pecinta seni dari berbagai daerah.
Acara puncak diisi dengan pertunjukan seni tradisional, pertunjukan tari lokal, serta berbagai lomba dan kompetisi yang melibatkan masyarakat sekitar.
Dalam tiga tahun perjalanannya, Lamin 1001 Mandau berhasil mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan donatur swasta. Dana tersebut digunakan untuk mengembangkan fasilitas dan edukasi seni.
Pemilik Lamin Mandau, Aji Ahmad Ismail menjelaskan, atas keberhasilan yang dicapai dalam tiga tahun terakhir, Lamin 1001 Mandau semakin menjadi pusat kegiatan seni dan budaya yang memperkaya kehidupan masyarakat Kaltim.
“Anniversary ini bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga sebagai momentum untuk terus berkarya dan memberikan dampak positif bagi perkembangan seni dan budaya di wilayah ini,” ujarnya.
Pria yang karib disapa Panglima Mandau ini menekankan keterlibatan generasi muda sangat penting dalam upaya pembangunan dan pelestarian budaya.
“Untuk generasi muda, berjuang terus. Jangan menyerah. Ini budaya kita. Tanpa adanya orang, tidak akan mengenal ras dan suku kita. Budaya ini mencerminkan adat, wibawa, identitas, dan keramahan kita sebagai warga Indonesia,” serunya.
Dia berharap momentum peringatan tiga tahun ini dapat menjadi titik tolak bagi inovasi dan pembaruan yang lebih besar di masa depan.
Dalam suasana penuh kehangatan dan keceriaan, peringatan tiga tahun anniversary Lamin 1001 Mandau menjadi peristiwa yang tidak hanya membanggakan bagi Panglima Mandau dan masyarakat Kaltim, tetapi juga menyemarakkan keberagaman budaya Indonesia.
Perayaan ini menunjukkan pelestarian warisan lokal sangat penting dalam mengukuhkan jati diri suatu komunitas di tengah arus globalisasi.
Ia berharap Lamin 1001 Mandau lebih baik serta berkembang dari sisi keorganisasian, kebudayaan, kerukunan antar suku dan agama.
Dia juga menekankan bahwa seni dan budaya yang dikembangkan oleh Lamin 1001 Mandau dapat dinikmati oleh semua kalangan.
“Budaya itu untuk semua orang, bukan hanya satu orang, satu suku saja. Jadi, semua orang bisa menikmatinya: mau orang buta, tuli dan orang gila pun, kalau dia mau, boleh! Apalagi orang waras. Jadi, budaya itu milik semua orang,” pungkasnya. (jt/um)