BAINDONESIA.CO – Alif Turiadi, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), telah memutuskan untuk kembali bertarung di Pemilu 2024.
Dalam sebuah wawancara dengan media BA Indonesia pada Selasa (30/1/2024), jika berhasil terpilih sebagai Anggota DPRD Kukar, Alif bertekad kuat untuk meneruskan visi dan misinya yang telah digelorakan selama masa jabatannya.
“Visi misinya ya tetap melanjutkan program-program pembangunan dari desa itu,” katanya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat, dia telah menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap kepentingan masyarakat Kukar.
Ia sudah aktif memperjuangkan berbagai program pembangunan dan pengadaan demi kesejahteraan masyarakat yang bermukim di desa-desa di Kukar, terkhusus di Dapilnya (Tenggarong Seberang, Sebulu, dan Muara Kaman).
Dengan latar belakang pengalaman dan pemahamannya terhadap dinamika politik dan kebutuhan masyarakat, Alif menegaskan bahwa keberlanjutan visi dan misinya menjadi kunci utama dalam mewujudkan perubahan positif bagi warga Kukar.
Visi politiknya, yang terfokus pada pembangunan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan petani dan pemberdayaan masyarakat desa, diharapkannya dapat terus membawa kemajuan bagi daerah.
“Saya selalu memperjuangkan aspirasi dari desa karena Dapil yang saya wakili di sana mayoritas pedesaan. Di Jalan Usaha Tani, kita pengadaan alat-alat pertanian, tetap kita prioritaskan pembangunan untuk infrastruktur pendidikan dan kesehatan,” serunya.
Melihat kondisi mayoritas petani di wilayah Kukar yang masih banyak menggunakan teknik irigasi tadah air hujan, sehingga perlu embung yang banyak untuk menampung air.
Seiring waktu berjalan, dia merasa strategi itu kurang maksimal untuk menunjang pertanian, karena dirasa untuk proses pembangunannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Menanggapi hal tersebut, Alif mendorong pembangunan sumur-sumur bor yang dirasa lebih efisien dan murah dibandingkan infrastruktur yang sebelumnya. Proses pembangunannya akan bekerja sama dengan Kemenhan.
“Pertanian kita saat ini memang berbasis kepada tadah hujan. Sehingga kita perbanyak embung-embung yang ada di pedesaan. Nah, seiring berjalannya waktu, embung-embung ini perlu biaya pembuatan yang cukup besar,” ucapnya.
“Sepertinya paradigma ini akan kita geser. Tidak lagi untuk pemanfaatan pembuatan embung, tapi lebih kepada pembuatan sumur-sumur bor. Yang kita kerjasamakan ke depannya dengan program Kemenhan, yang diturunkan ke Distrik Kodim. Di Kodim nanti, di Koramil itu yang menyurvei di mana kira-kira ada titik air untuk kita lakukan pengeboran,” tambahnya.
Rencana pembangunan sumur-sumur bor ini berjumlah puluhan titik pembangunan. Dia menilai strategi ini cukup efisien dan hemat biaya, karena pemanfaatannya menggunakan listrik tenaga surya, meskipun pada proses pengaliran airnya untuk sawah-sawah yang cukup luas, tentu tidak akan menjadi masalah lagi sehingga tidak akan berdampak terhadap biaya perekonomian petani.
“Sekitar 4-5 hektar sawah yang bisa diairi oleh sumur bor akan lebih efisien; akan lebih murah. Nantinya sumur baru itu penggeraknya dari tenaga surya. Jadi, enggak narik kabel listrik dari rumah ke sawah. Jadi, nanti di sawah itu sendiri sumur bornya akan ada energi dari sinar matahari,” tutup Alif. (jt/um)