Lima Tahun Alda Membangun Rumah Jahit

Pemilik Rumah Jahit Alda, Ada Al Ali Murrobbaniyah. (Istimewa)

BAINDONESIA.CO – Rumah Jahit Alda kini telah berusia lima tahun sejak pertama kali berdiri pada 2020 lalu. Usahanya berawal dari usaha kecil membuat masker saat pandemi Covid-19.

Kini, usaha tersebut berkembang pesat menjadi rumah produksi pakaian dengan berbagai layanan, mulai dari mengecilkan, memperbesar, hingga menjahit pakaian dari nol hingga tahap finis.

Ada Al Ali Murrobbaniyah, pemilik Rumah Jahit Alda, mengenang awal mula usahanya yang hanya bermodal satu mesin jahit. Modal awalnya pun berasal dari orang tuanya.

Namun, kata dia, seiring waktu dan berkat ketekunan, kini ia telah memiliki sepuluh mesin, sebagian di antaranya berasal dari bantuan berbagai pihak.

Mesin-mesin itu didapatkannya dari Dispora, Prawira Panji Kuning, Dinas Pendidikan, dan Disprindag Kukar. Ada pula mesin jahit yang dibelinya sendiri.

“Sekarang ada mesin obras dan mesin jahit yang baru saja diserahkan pak Bupati,” ungkap perempuan yang akrab disapa Alda ini saat diwawancarai oleh awak media, Rabu (5/2/2024).

Ia menambahkan, perkembangan usaha ini semakin pesat pada 2024, terutama setelah Alda menjadi bagian dari program Pemuda Pelopor yang membuatnya semakin dikenal publik.

“Pas masuk Pemuda Pelopor, nama saya makin dikenal. Orderan banyak, dan bantuan dari pemerintah juga mulai berdatangan,” tambahnya.

Selain menjalankan usaha jahit, dia aktif sebagai pengajar di berbagai program pelatihan. Penghasilannya tak hanya berasal dari jahitan, tetapi juga dari honor sebagai narasumber di berbagai pelatihan kewirausahaan.

“Kalau mengajar di desa-desa itu saya dibayar Rp 300 ribu per jam. Pernah dalam tujuh hari saya dapat sampai Rp 25 juta. Dari Dispora Provinsi juga ada tambahan Rp 25 juta,” jelasnya.

Karena itulah saat ini ia lebih fokus pada pengembangan diri untuk mendapatkan sertifikasi instruktur.

“Target saya ke depan ingin mengejar sertifikasi instruktur dari BLK. Kalau sudah punya legalitas sebagai instruktur, saya bisa lebih banyak mengajar dan berbagi ilmu,” katanya.

Dalam menjalankan usahanya, dia dibantu oleh tiga orang karyawan yang berasal dari anak-anak magang. Para karyawannya sering berganti karena ada yang keluar dan masuk. “Ada yang magang, ada yang tetap,” ujarnya.

Alda ingin lebih fokus pada pengembangan keterampilan dan sertifikasi agar bisa menjadi instruktur profesional.

“Daripada hanya menerima order jahitan, saya ingin lebih banyak mengajar. Kalau ada pelatihan, saya bisa ninggalin jahitan karena ada karyawan yang menangani,” katanya.

Dengan semangat yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak, dia berharap Rumah Jahit Alda bisa terus berkembang, tidak hanya sebagai tempat produksi pakaian, tetapi juga sebagai pusat pelatihan bagi generasi muda yang ingin belajar menjahit dan berwirausaha.

“Saya berharap usaha ini bisa berkembang pesat dan bisa dikenal banyak orang serta makin meningkat penghasilannya,” harap dia. (*)

Penulis: Junaidin

Baca Juga: