Perjalanan Pengusaha Tempe di Tenggarong, Raup Pendapatan hingga Ratusan Juta

Nadirin saat mengolah kacang hijau sebelum menjadi cambah. (BA Indonesia/Junaidin)

BAINDONESIA.CO – Berawal dari merantau dan bekerja dengan sang kakak, Nadirin, seorang pengusaha tempe asal Pekalongan Jawa Tengah yang lahir pada 24 Maret 1976, kini berhasil membangun usaha sendiri di Kecamatan Tenggarong Kutai Kartanegara (Kukar).

Perjalanan panjangnya dari pekerja hingga menjadi pemilik usaha tempe dan kecambah ini penuh dengan tantangan, tetapi semangat dan ketekunannya membuahkan hasil.

Pengusaha ini memulai kariernya dengan bekerja selama 12 tahun di usaha kakaknya di bidang produksi tempe dan kecambah. Selama bertahun-tahun, ia belajar tentang proses produksi hingga pemasaran sebelum akhirnya memutuskan untuk mandiri.

“Dulu saya ikut kakak, belajar produksi tempe dan kecambah. Awalnya usaha kakak ada di Maluhu. Lalu pindah-pindah ke Mangkuraja, Bekotok, dan sekarang menetap di Mangkurawang,” tuturnya pada Selasa (18/2/2024).

Dengan modal awal sekitar Rp 50 juta, Nadirin memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri.

Pada awalnya dia mengerjakan semuanya sendiri, tetapi setelah beberapa minggu, ia mulai merekrut teman untuk membantu produksi karena kewalahan menangani pesanan yang meningkat dari waktu ke waktu.

“Saat pertama kali berproduksi sendiri, saya hanya mampu ngolah 25 kilogram sampai 35 kilogram kecambah dan 20 kilogram kedelai per hari,” ungkapnya.

“Tapi sekarang sudah meningkat paling banyak saya produksi dua karung kedelai dan cambah,” tambahnya.

Pendapatannya pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama, ia hanya mendapatkan Rp 500 ribu per hari, tetapi seiring berjalannya waktu, pendapatannya meningkat hingga Rp 3 juta per hari, sehingga per tahunnya bisa meraup pendapatan ratusan juta rupiah.

Meskipun usahanya telah berjalan lima tahun, tantangan terus berdatangan. Salah satu kendala terbesar yang dihadapinya saat ini adalah pelanggan yang sepi, terutama akibat penggusuran pasar oleh Pemerintah Kabupaten Kukar yang berdampak langsung pada penjualannya.

“Omzet ikut menurun drastis. Padahal, usaha ini sangat bergantung pada pelanggan tetap,” keluhnya.

Meski menghadapi berbagai rintangan, ia tetap berusaha mempertahankan usahanya dengan prinsip konsistensi.

“Yang penting tetap konsisten agar bisa terus jualan, karena rezeki sudah ada yang mengatur,” ujarnya.

Sebagai penutup, Nadirin mengungkapkan, perjalanan panjang dari perantauan hingga membangun usaha sendiri membuktikan bahwa dengan ketekunan dan kerja keras, siapa pun bisa mencapai kesuksesan.

“Saya berharap agar usaha ini tetap bertahan dan berkembang di tengah berbagai tantangan yang ada,” pungkasnya. (*)

Penulis: Junaidin

Baca Juga: