BAINDONESIA.CO – Terlepas dari upaya Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu untuk menunjukkan gambaran khayalan kemenangan, tantangan dan masalah yang dihadapinya lebih dari yang bisa disembunyikannya di balik gambaran tersebut.
Hal ini menurut kantor berita Mehr sebagai dilansir dari situs Al Jazeera dalam sebuah laporan yang mengacu pada tantangan yang dihadapi Netanyahu.
Al Jazeera menulis: Setelah satu tahun berlalu sejak dimulai agresi rezim ini di Gaza dan kemudian di Lebanon, Tel Aviv masih belum mampu mencapai tujuan yang diinginkan untuk meraih kemenangan telak melawan gerakan Hamas dan Hizbullah.
Meskipun terjadi beberapa pembunuhan terhadap para pemimpin poros perlawanan yang dilakukan oleh pendudukan Zionis, perasaan kalah dan gagal masih tetap ada dalam diri Netanyahu dan setiap kali ia menghadapi kenyataan yang ada. Dalam laporan ini, kami membahas 7 tantangan yang dihadapi Netanyahu dalam situasi saat ini.
Pertama, banyaknya korban jiwa yang harus ditanggung. Sejak awal perang, para analis Zionis telah berbicara tentang jumlah korban jiwa di kalangan tentara dan pemukim Zionis, yang menurut perkiraan mencapai ribuan orang tewas dan terluka.
Dalam hal ini, surat kabar Zionis Yediot Aharonot melaporkan bahwa sekitar seribu tentara dimasukkan ke departemen rehabilitasi Kementerian Perang setiap bulan.
Kalangan politik dan sosial di wilayah pendudukan juga khawatir dengan fakta bahwa Netanyahu mendorong rezim Zionis ke arah yang tidak diketahui.
Kedua, Haifa seperti Kiryat. Serangan rudal Hizbullah terhadap wilayah pendudukan telah mengambil arah baru dan serangan ini terjadi dalam konteks ancaman pejuang Lebanon untuk mengubah Haifa menjadi Kiryat Shmouna dan Al Matla.
Penargetan rumah Netanyahu di Kaisarea juga menyebabkan gelombang kepanikan di kalangan Zionis, sehingga para analis percaya bahwa kedatangan pesawat tak berawak di rumah Perdana Menteri rezim Zionis menunjukkan kegagalan badan keamanan.
Ketiga, puluhan ribu pengungsi Zionis. Kabinet rezim Zionis terpaksa memindahkan para pemukim Zionis ke wilayah tengah untuk menjauhkan mereka dari gelombang serangan roket di Lebanon dan Jalur Gaza.
Ini adalah gelombang pengungsi Zionis terbesar di wilayah pendudukan selama sejarah palsu rezim ini. Surat kabar Ibrani memberitakan bahwa jumlah pengungsi ini mencapai 120.000 orang, namun menurut pengumuman tentara rezim Zionis sebelumnya, jumlah pengungsi Zionis mencapai setengah juta orang.
Keempat, 2 juta Zionis di tempat penampungan. Serangan pasukan perlawanan di garis depan Gaza dan Lebanon dan eskalasinya tidak hanya menghalangi para pengungsi Zionis untuk kembali ke rumah mereka, namun ratusan ribu lainnya telah ditambahkan ke dalam pengungsi tersebut dan menetap di tempat penampungan.
Menurut Ron Kukhaf, mantan komandan Angkatan Udara Zionis, serangan tersebut menyebabkan lebih dari 2 juta Zionis dikurung di tempat penampungan yang terletak di 190 tempat di wilayah pendudukan.
Kelima, intensifikasi migrasi balik dari tanah yang diduduki. Persoalan lain yang menyulitkan Netanyahu adalah semakin intensifnya imigrasi terbalik yang dianggap sebagai bahaya inheren bagi rezim Zionis karena rezim ini didirikan berdasarkan kebijakan pemukiman dan penyerapan orang-orang Yahudi dari seluruh dunia.
Operasi berturut-turut pasukan perlawanan telah melemahkan keinginan untuk bertahan hidup di kalangan Zionis yang tinggal di wilayah pendudukan karena mereka mengharapkan pihak berwenang Tel Aviv memberikan keamanan di wilayah tersebut.
Di mata orang-orang ini, rezim Zionis adalah rezim palsu dan mereka bisa kembali ke negara asalnya kapan pun mereka mau.
Keenam, operasi kesyahidan. Jenis operasi ini, yang dianggap sebagai salah satu alat kekuatan perlawanan terhadap penjajah Zionis, sempat mengalami penurunan untuk beberapa waktu, namun jumlah kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis terhadap Jalur Gaza di bawah bayang-bayang keheningan forum-forum internasional tersebut membuat kekuatan perlawanan mempertimbangkan kembali strategi ini sekali lagi.
Batalyon Qassam dan Brigade Quds menganggap kembalinya operasi pencarian syahid di wilayah pendudukan sebagai reaksi atas kejahatan rezim Zionis terhadap penduduk tertindas di Jalur Gaza.
Ketujuh, kerugian ekonomi yang tak terhitung jumlahnya. Pada akhirnya, kita harus menyebutkan dampak ekonomi yang besar akibat agresi rezim Zionis terhadap Jalur Gaza.
Perkiraan menunjukkan bahwa kerugian akibat pelanggaran ini berjumlah 67 miliar dolar. Sementara biaya perawatan korban luka dan penyediaan tempat perlindungan bagi Zionis belum dihitung.
Peringkat ekonomi rezim Zionis di kancah dunia juga beberapa kali mengalami penurunan selama setahun terakhir. (*)
Sumber: Mehrnews.com