BAINDONESIA.CO – Pedagang beras di Pasar Tangga Arung, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kukar mengeluhkan kenaikan harga beras.
Pedagang di pasar tersebut Sayfudin (42) pun mengurangi pembelian beras yang akan kembali dijualnya kepada konsumen.
“Saya biasanya bisa membeli beras lebih banyak dari sekarang. Ini yang saya berani ambil stok buat dijual cuman 20 karung saja. Perputarannya lambat. Kita ngambil untung juga cuman sedikit. Cuman Rp 1.800 per kilo,” ucapnya, Kamis (22/2/2024).
Menurutnya, kenaikan harga beras terjadi karena beberapa faktor, salah satunya daerah yang biasa memasok beras seperti Sulawesi dan Jawa mengalami kenaikan harga.
“Saya beli beras ini dari langganan juga. Pengepul di Tenggarong juga. Beras dari Sulawesi. Petani lokal gabahnya mahal. Enggak bisa saya putar lagi. Belum biaya penggilingan, sewa mobil, dan lainnya,” ucap Sayfudin.
Faktor lain yang mempengaruhinya adalah cuaca panas yang mengakibatkan beberapa petani tidak bisa menanam padi.
Sebelumnya, dia membeli beras per karung yang isinya 25 kilogram dengan harga Rp 370 ribu, namun sekarang ia mendapatkan beras yang sama dengan harga Rp 400 ribu.
“Sekitar seminggu kemarin harga beras itu masih Rp 15 ribu dan yang kualitas paling bagus harganya Rp 17 ribu. Sekarang harganya sudah Rp 16 ribu. Yang bagus Rp 18 ribu itu satu kilo,” terangnya.
Sayfudin juga mengeluhkan daya beli masyarakat yang menurun. Harga beras yang melambung tinggi menyulitkannya menjual kebutuhan pokok tersebut.
“Kalau harga berasnya murah, kita lebih mudah ngatur harganya ke pembeli. Harga beras murah, daya beli masyarakat meningkat. Putaran penjualan dan modal kita juga cepat,” sebutnya.
Ia berharap pemerintah mengontrol kenaikan harga beras, terkhusus di Kukar, agar harga beras kembali normal sehingga daya beli masyarakat meningkat.
“Kami sebagai pedagang juga merasa kesulitan kalau harga beras terus naik. Bukan cuman pembeli. Nanti juga bisa dipastikan masih naik ini harga berasnya karena menjelang puasa,” tutupnya. (ia/um)