Perekonomian Kaltim di Era Kepemimpinan Isran Noor

Pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman Samarinda Dr. Aji Sofyan Effendi. (Koran Kaltim)

BAINDONESIA.CO – Selama memimpin Provinsi Kaltim, Isran Noor dinilai menghadapi banyak tantangan dalam mengembangkan perekonomian Bumi Mulawarman, salah satunya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia selama dua tahun berturut-turut.

Pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman Samarinda Dr. Aji Sofyan Effendi menjelaskan bahwa hantaman pandemi yang merenggut jutaan korban jiwa tersebut tidak hanya membawa akibat buruk bagi perekonomian Kaltim.

“Daerah-daerah lagi juga merasakan hal yang sama, bahkan negara-negara lain juga merasakan hal yang sama,” jelasnya pada Senin (4/9/2023) malam.

Pasca pandemi Covid-19, lanjut dia, perekonomian Kaltim di era Isran mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, dari 4 persen hingga 6 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat tersebut, menurut Aji Sofyan, telah membawa angin segar bagi perekonomian Kaltim.

Ia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Kaltim ditandai dengan surplus ekspor. Devisa juga disebutnya terus bertambah selama kepemimpinan Isran.

Masih dari sisi ekonomi makro. Dia mengurai, inflasi Kaltim pun terkendali di bawah inflasi nasional selama beberapa tahun terakhir. “Ada beberapa kabupaten/kota memang inflasinya agak tinggi, tapi pada periode berikutnya sudah turun dan stabil kembali,” terangnya.

Aji Sofyan mengurai, kebijakan pemerintah pusat yang memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Nusantara membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Kaltim.

“Di era kepemimpinan Pak Isran Noor itu, banyak hal komparatif positif. Ada peluang-peluang yang dapat diraih oleh Kalimantan Timur dalam rangka percepatan infrastruktur Kaltim akibat dari kebijakan IKN,” jelasnya.

“Beberapa contoh seperti Jembatan Pulau Balang selesai, jalan tol selesai, kemudian hal-hal yang lain pun yang sifatnya kebijakan pemerintah pusat di IKN itu kan sangat berdampak juga terhadap Provinsi Kalimantan Timur,” lanjutnya.

Dari sisi bisnis, dia menilai berbagai sektor di Kaltim kembali menggeliat setelah pandemi Covid-19.

“Hotel-hotel berbintang itu penuh dengan berbagai macam acara. UMKM juga semakin tumbuh dan pesat,” katanya.

Kaltim di masa Isran pun dinilai Aji Sofyan diuntungkan dengan adanya penerimaan dari pengelolaan emisi karbon yang nilainya triliunan rupiah.

Di luar itu, sambung dia, APBD Kaltim di era mantan Bupati Kutai Timur tersebut mengalami peningkatan hingga Rp 17,2 triliun pada tahun 2023.

“Dan itu APBD tertinggi di sepanjang sejarah pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur,” sebutnya.

Dia menguraikan bahwa perekonomian Kaltim masih ditopang oleh sektor minyak, gas, dan penggalian secara umum, yang salah satunya pertambangan batu bara.

“Hal utama yang perlu kita upayakan ke depan adalah bagaimana sektor-sektor penggalian ini sudah menopang ekonomi Kalimantan Timur melalui industri hilir,” sarannya. (um)

Baca Juga: