BAINDONESIA.CO – Budi daya cacing tanah adalah usaha yang bisa dikembangkan di pekarangan rumah karena hanya membutuhkan tempat yang minimalis dan tak memerlukan modal besar.
Permintaan pasar terhadap cacing tanah masih terbilang tinggi karena cacing tanah bisa menjadi pakan burung, umpan pemancing, bahkan bisa masuk pada perusahaan farmasi.
Aji Zikri Zulfian merupakan peternak cacing tanah di Jalan Triyu 2, Nomor 60, RT 42, Kelurahan Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong.
Ia membagikan ilmu dan pengalamannya tentang peternakan cacing tanah bagi orang-orang yang ingin memulai usaha peternakan cacing tanah.
“Pada dasarnya semua orang bisa memulai budi daya cacing. Hanya dengan 1 kilo bibit cacing bisa dipecah menjadi 3 tempat pemeliharaan berukuran panjang 1 meter dan lebar 40 meter. Itu dengan skala usaha rumahan,” jelasnya, Rabu (7/2/2024).
Peternak harus mengawali usaha ini dengan menyediakan bibit, pakan, dan media. “Itu sudah bisa kita memulai budi daya,” katanya.
Media pengembangbiakan yang perlu disediakan dalam pembudidayaan cacing tanah bisa menggunakan beglog, kompos, dan kotoran sapi.
“Untuk media pengembangan bisa mempengaruhi warna dan pertumbuhan cacing, saya rekomendasikan beglog karena beglog bisa menjadi media pembudidayaan sekaligus sebagai camilan bagi cacing,” sarannya.
Sedangkan untuk makanan, cacing tanah sebagai hewan pengurai bisa memakan bahan-bahan organik seperti sayuran dan umbi-umbian.
Namun pakan yang dipakai, dia menyarankan penggunaan ampas tahu. Makanan ini bisa mempercepat pertumbuhan cacing daripada jenis makanan lain.
Pemberian makanan cacing tak sulit: bisa satu hari sekali atau 2 kali. Ia merekomendasikan 2 kali sehari agar cacing tanah dapat dikontrol secara berkala.
Pemberian makanan bisa dilakukan dengan cara menaburnya di atas tempat budi daya.
Selain pakan dan media, pembudidaya cacing juga bisa memperhatikan suhu dan kelembapan udara.
“Untuk pemeliharaan waktunya fleksibel saja: bisa siang atau bisa malam,” ucapnya.
Kata Zikri, pemisahan induk cacing harus dilakukan setiap 2 minggu sekali agar populasinya tidak berlebihan. Cacing dewasa dapat diketahui dari kepalanya yang putih. Hal ini berarti cacing tersebut sudah bisa menjadi induk cacing.
“Perhatikan juga setiap minggunya. Biasanya pemula itu mengeluh, ‘Kok enggak berkembang sih cacingnya.’ Cacing itu tidak akan berkembang biak kalau tempatnya terlalu kecil, karena beda dengan di tanah, cacing bisa bertelur sebanyak mungkin,” jelasnya.
Dia menegaskan bahwa peternakan cacing bisa menjadi usaha rumahan. Namun syaratnya peternak tak boleh jijik dengan cacing.
Ia mengaku bersedia dan terbuka untuk menjadi tempat konsultasi bagi orang-orang yang ingin berkonsultasi tentang budi daya cacing tanah.
“Bagi yang mau membudidaya cacing, nantinya saya siap menjadi tempat mereka menjual dengan kesepakatan harga tertentu. Jadi, tidak susah lagi mencari pasar sendiri,” pungkasnya. (ia/um)