BAINDONESIA.CO – Potensi peternakan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sangat menjanjikan karena masih banyak lahan dan tumbuhan hijau yang bisa dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan ternak.
Hal ini pula yang dimanfaatkan dengan baik oleh Sunardi (73), seorang pemilik peternakan kambing dan sapi di Jalan Marga Tama, RT 18, Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
“Makanannya rumput. Banyak jenis rumput di sini. Kayak rumput gajah; daun-daunan juga masih banyak,” ujarnya, Selasa (27/2/2024).
“Beda sama di Pulau Jawa sana. Rumput harus nanam khusus. Kadang mereka juga harus simpan rumput ke tempat fermentasi itu. Kalau di sini langsung rumput segar,” lanjutnya.
Ia pun mengaku tak menghadapi kesulitan berarti dalam mengembangkan usaha kambing. Ketersediaan rumput hijau yang melimpah di Kukar telah memudahkannya dalam menjalankan usaha tersebut.
Dia mengatakan bahwa beternak di Kaltim sangat mudah dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia. Potensi penjualan peternakan pun masih tergolong tinggi.
“Kita jual beli masih enak. Tinggi kebutuhan dagingnya, karena kompetitor tidak banyak juga kayak di daerah-daerah lain,” jelasnya.
Menurutnya, setiap tahun Kaltim hanya bisa menyediakan daging 15 persen. Sisanya didatangkan dari daerah-daerah lain di Indonesia.
Karena itu, ia tak perlu melakukan pemasaran secara khusus untuk menjual ternaknya karena para pembeli akan mendatangi kandangnya.
“Tinggal nunggu pembeli aja yang datang. Seperti yang punya hajatan itu, kayak akikah, tahlilan, dan lain-lain,” jelasnya.
Kambing yang dijualnya rata-rata berusia 3 tahun. Harganya Rp 3 juta hingga Rp 3,5 juta per ekor.
“Tapi ada juga kadang orang itu cari yang sesuai budget. Buat akikahan usia satu setengah tahun kami kasih karena menurut syariat sudah bisa dipotong,” terangnya.
Sejauh ini, kambing yang dipelihara dan dikembangbiakkannya hanya mampu memenuhi kebutuhan warga Kecamatan Loa Kulu dan Tenggarong.
Sunardi menyediakan kambing dan sapi yang sudah bisa dipotong. Ia mendatangkannya dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
Dengan sistem tersebut, dia membutuhkan modal yang cukup besar. “Modal awal cukup besar. Bisa ratusan juta buat sapi dan kambing,” katanya.
Kini ia tengah fokus menjalankan usaha penggemukan dan pengembangbiakan kambing.
Selain pengadaan kambing, Sunardi mengeluarkan dana untuk pembuatan kandang sebesar Rp 49 juta.
Saat ini, dia beternak bermacam-macam jenis kambing, antara lain kambing kacang, etawa, bur, randu jawa, dan PE.
Dalam menjalankan usahanya, ia menggunakan lahan yang cukup luas. “Untuk lahan yang saya gunakan pemeliharaan kambing itu seribu meter persegi,” bebernya.
Pada Hari Raya Iduladha, Sunardi menjual kambing dan sapi. Pada hari besar Islam tersebut, ia bisa menjual 20 ekor sapi dan 100 ekor kambing.
Kambing yang biasa dikembangbiakkannya berusia 2 tahun. Setelah 3 bulan melahirkan, Sunardi mengawinkannya.
“Kalau jenis bibitnya bagus, maksimal dia bisa melahirkan 3 ekor anak kambing. Kalau biasanya sih 2 ekor rata-rata,” ungkapnya.
Sunardi melakukan penggemukan kambing dengan cara memberikan tambahan makanan selain rumput seperti ampas tahu, dedak, dan vitamin dari produk VGT.
Dia juga memberikan berbagai obat untuk mencegah serangan penyakit terhadap ternaknya. “Pencegahan penyakit dan pengobatan kita cuman pakai Bomectin dan Lanoxsin,” jelasnya.
Ia berpendapat usaha penggemukan dan pengembangbiakan kambing dan sapi di Kaltim masih memiliki peluang besar di masa depan.
“Dalam arti luas, peternakan lebih menguntungkan daripada hortikultur karena kotorannya pun masih bisa di jual,” tutupnya. (ia/um)